KITCHEN KING Headline Animator

Selasa, 31 Desember 2013

SEJARAH KEMBANG API

Foto: IstimewaFoto: IstimewaKEMBANG API dan tahun baru nyaris sulit dipisahkan. Rasanya, kemeriahan pergantian tahun tak akan ada artinya tanpa kembang api. Ibarat sayur tanpa garam, begitulah rasanya pesta tahun baru jika tanpa kembang api.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaTak hanya di Indonesia, pesta kembang api hampir dilakukan di seluruh dunia. Tak tanggung-tanggung biaya yang dikeluarkan untuk pesta ini cukup besar karena pembuatan kembang apinya pun tidak sembarangan. Memang tak dapat dipungkiri, pesta besar tak akan meriah tanpa kembang api.
Bagaimana kembang api itu ada dan mengapa kembang api? Agaknya kita simak dulu perjalanan si 'kembang api' ini. Kembang api sebenarnya berawal dari petasan.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaSejarah petasan itu sendiri  bermula dari China. Sekitar abad ke-9, seorang juru masak secara tak sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (black powder) yakni garam peter atau kalium nitrat, belerang (sulfur), dan arang dari kayu (charcoal) yang berasal dari dapurnya. Ternyata campuran ketiga bahan itu mudah terbakar.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaJika ketiga bahan tersebut dimasukan ke dalam sepotong bambu yang ada sumbunya, lalu dibakar, bahan tersebut akan meletus dan mengeluarkan suara ledakan keras yang  dipercaya  bisa mengusir roh jahat. Dan, dalam perkembangannya, petasan jenis ini dipakai juga dalam perayaan pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan, dan upacara-upacara keagamaan.
Dari Petasan ke Kembang Api
Baru pada saat dinasti Song (960-1279 M), didirikan pabrik petasan yang kemudian menjadi dasar dari pembuatan kembang api karena lebih menitik-beratkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di angkasa hingga akhirnya dibedakan. Tradisi petasan lalu menyebar ke seluruh pelosok dunia.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaBahan baku tabung diganti dengan gulungan kertas yang kemudian dibungkus dengan kertas merah dibagian luarnya. Kemudian petasan ini menjadi dasar dari pembuatan kembang api, yang lebih menitikberatkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di udara.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaPada masa Renaissance, di Italia dan Jerman ada sekolah yang khusus mengajarkan masalah pembuatan kembang api. Di sekolah Italia menekankan pada kerumitan kembang api, sedangkan di sekolah Jerman menekankan pada kemajuan ilmu pengetahuan. Dan akhirnya muncul istilah pyrotechnics yang menggambarkan seni membuat kembang api. Untuk membuat kembang api dibutuhkan seorang ahli yang mengerti reaksi fisika dan kimia.
Setelah bertahun-tahun, para ahli kembang api akhirnya bisa membuat kembang api berwarna-warni, seperti merah yang berasal dari strontium dan lithium, warna kuning berasal dari natrium, warna hijau berasal dari barium dan warna biru dari tembaga. Campuran bahan kimia itu dibentuk ke dalam kubus kecil-kecil yang disebut 'star'. 'Star' inilah yang menentukan warna dan bentuk bila kembang api itu meledak nantinya.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaDi Indonesia sendiri, tradisi petasan dibawa oleh orang-orang Tionghoa. Seorang pengamat sejarah Betawi, Alwi Shahab meyakini bahwa tradisi pernikahan orang Betawi yang menggunakan petasan untuk memeriahkan suasana dengan meniru orang Tionghoa yang bermukim di sekitar mereka.
Bahan peledak kimia
Foto: IstimewaFoto: IstimewaBahan peledak kimia adalah suatu rakitan yang terdiri atas bahan-bahan berbentuk padat atau cair atau campuran keduanya yang apabila terkena aksi (misalnya benturan, panas, dan gesekan) dapat mengakibatkan reaksi berkecepatan tinggi. Lalu disertai terbentuknya gas-gas dan menimbulkan efek panas serta tekanan yang sangat tinggi.
Bahan peledak kimia dibedakan menjadi dua macam, yaitu low explosive (daya ledak rendah) dan high explosive (daya ledak tinggi). Bahan peledak low explosive adalah bahan peledak berdaya rendah yang mempunyai kecepatan detonasi (velocity of detonation) antara 400 dan 800 meter per detik.
Sementara bahan peledak high explosive mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000 dan 8.500 meter per detik. Bahan peledak low explosive ini sering disebut propelan (pendorong) yang banyak digunakan sebagai pada peluru dan roket.
Foto: IstimewaFoto: IstimewaDi antara bahan peledak low explosive yang dikenal adalah mesiu (black powder atau gun powder) dan smokeless powder. Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mesiu tersebut banyak digunakan sebagai pembuat petasan, termasuk petasan banting dan bom ikan.
Bubuk mesiu adalah jenis bahan peledak tertua yang ditemukan oleh bangsa China pada abad ke-9. Selain sebagai bahan pembuat petasan dan kembang api, mesiu saat ini banyak digunakan sebagai propelan peluru dan roket, roket sinyal, petasan, sumbu ledak dan sumbu ledak tunggu.
Berbagai Negara
Selanjutnya, pengetahuan kembang api mulai menyebar di kawasan Barat. Banyak pihak percaya bahwa Marco Polo merupakan salah satu orang yang pernah ke China dan membawa penemuan ini ke kawasan Timur Tengah. Selanjutnya, Tentara Salib Eropa membawa penemuan ini ke Inggris.
Selanjutnya, Organisasi Ilmuwan Eropa pada 1560 membuat eksperimen dari bubuk hitam tersebut untuk membatasi jumlah ledakan. Proporsi terakhir adalah garam petrus 75%, arang 15% dan belerang 10%. Selanjutnya, rasio ini terus dipakai hingga sekarang. (Dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar