Foto: IstimewaKEMBANG API
dan tahun baru nyaris sulit dipisahkan. Rasanya, kemeriahan pergantian
tahun tak akan ada artinya tanpa kembang api. Ibarat sayur tanpa garam,
begitulah rasanya pesta tahun baru jika tanpa kembang api.
Foto: IstimewaTak
hanya di Indonesia, pesta kembang api hampir dilakukan di seluruh
dunia. Tak tanggung-tanggung biaya yang dikeluarkan untuk pesta ini
cukup besar karena pembuatan kembang apinya pun tidak sembarangan.
Memang tak dapat dipungkiri, pesta besar tak akan meriah tanpa kembang
api.
Bagaimana kembang api itu ada dan mengapa kembang api? Agaknya kita
simak dulu perjalanan si 'kembang api' ini. Kembang api sebenarnya
berawal dari petasan.
Foto: IstimewaSejarah
petasan itu sendiri bermula dari China. Sekitar abad ke-9, seorang
juru masak secara tak sengaja mencampur tiga bahan bubuk hitam (
black powder) yakni garam peter atau kalium nitrat, belerang (sulfur), dan arang dari kayu (
charcoal) yang berasal dari dapurnya. Ternyata campuran ketiga bahan itu mudah terbakar.
Foto: IstimewaJika
ketiga bahan tersebut dimasukan ke dalam sepotong bambu yang ada
sumbunya, lalu dibakar, bahan tersebut akan meletus dan mengeluarkan
suara ledakan keras yang dipercaya bisa mengusir roh jahat. Dan, dalam
perkembangannya, petasan jenis ini dipakai juga dalam perayaan
pernikahan, kemenangan perang, peristiwa gerhana bulan, dan
upacara-upacara keagamaan.
Dari Petasan ke Kembang Api
Baru pada saat dinasti Song (960-1279 M), didirikan pabrik petasan
yang kemudian menjadi dasar dari pembuatan kembang api karena lebih
menitik-beratkan pada warna-warni dan bentuk pijar-pijar api di angkasa
hingga akhirnya dibedakan. Tradisi petasan lalu menyebar ke seluruh
pelosok dunia.
Foto: IstimewaBahan
baku tabung diganti dengan gulungan kertas yang kemudian dibungkus
dengan kertas merah dibagian luarnya. Kemudian petasan ini menjadi dasar
dari pembuatan kembang api, yang lebih menitikberatkan pada warna-warni
dan bentuk pijar-pijar api di udara.
Foto: IstimewaPada
masa Renaissance, di Italia dan Jerman ada sekolah yang khusus
mengajarkan masalah pembuatan kembang api. Di sekolah Italia menekankan
pada kerumitan kembang api, sedangkan di sekolah Jerman menekankan pada
kemajuan ilmu pengetahuan. Dan akhirnya muncul istilah
pyrotechnics
yang menggambarkan seni membuat kembang api. Untuk membuat kembang api
dibutuhkan seorang ahli yang mengerti reaksi fisika dan kimia.
Setelah bertahun-tahun, para ahli kembang api akhirnya bisa membuat kembang api berwarna-warni, seperti merah yang berasal dari
strontium dan
lithium, warna kuning berasal dari
natrium, warna hijau berasal dari
barium
dan warna biru dari tembaga. Campuran bahan kimia itu dibentuk ke dalam
kubus kecil-kecil yang disebut 'star'. 'Star' inilah yang menentukan
warna dan bentuk bila kembang api itu meledak nantinya.
Foto: IstimewaDi
Indonesia sendiri, tradisi petasan dibawa oleh orang-orang Tionghoa.
Seorang pengamat sejarah Betawi, Alwi Shahab meyakini bahwa tradisi
pernikahan orang Betawi yang menggunakan petasan untuk memeriahkan
suasana dengan meniru orang Tionghoa yang bermukim di sekitar mereka.
Bahan peledak kimia
Foto: IstimewaBahan
peledak kimia adalah suatu rakitan yang terdiri atas bahan-bahan
berbentuk padat atau cair atau campuran keduanya yang apabila terkena
aksi (misalnya benturan, panas, dan gesekan) dapat mengakibatkan reaksi
berkecepatan tinggi. Lalu disertai terbentuknya gas-gas dan menimbulkan
efek panas serta tekanan yang sangat tinggi.
Bahan peledak kimia dibedakan menjadi dua macam, yaitu
low explosive (daya ledak rendah) dan
high explosive (daya ledak tinggi). Bahan peledak
low explosive adalah bahan peledak berdaya rendah yang mempunyai kecepatan detonasi (
velocity of detonation) antara 400 dan 800 meter per detik.
Sementara bahan peledak
high explosive mempunyai kecepatan detonasi antara 1.000 dan 8.500 meter per detik. Bahan peledak
low explosive ini sering disebut propelan (pendorong) yang banyak digunakan sebagai pada peluru dan roket.
Foto: IstimewaDi antara bahan peledak
low explosive yang dikenal adalah mesiu (
black powder atau
gun powder) dan
smokeless powder.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, mesiu tersebut banyak digunakan
sebagai pembuat petasan, termasuk petasan banting dan bom ikan.
Bubuk mesiu adalah jenis bahan peledak tertua yang ditemukan oleh
bangsa China pada abad ke-9. Selain sebagai bahan pembuat petasan dan
kembang api, mesiu saat ini banyak digunakan sebagai propelan peluru dan
roket, roket sinyal, petasan, sumbu ledak dan sumbu ledak tunggu.
Berbagai Negara
Selanjutnya, pengetahuan kembang api mulai menyebar di kawasan Barat.
Banyak pihak percaya bahwa Marco Polo merupakan salah satu orang yang
pernah ke China dan membawa penemuan ini ke kawasan Timur Tengah.
Selanjutnya, Tentara Salib Eropa membawa penemuan ini ke Inggris.
Selanjutnya, Organisasi Ilmuwan Eropa pada 1560 membuat eksperimen
dari bubuk hitam tersebut untuk membatasi jumlah ledakan. Proporsi
terakhir adalah garam petrus 75%, arang 15% dan belerang 10%.
Selanjutnya, rasio ini terus dipakai hingga sekarang. (
Dari berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar